Peningkatan Kompetensi Pengelasan SMAW melalui PDKT


UPAYA untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 18 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”. Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTS (PP No.66 Tahun 2010). Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk mendukung kegiatan belajar yang berorientasi kepada dunia usaha dan industri, maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) wajib melaksanakan program Prakerin (Praktik kerja industri).

Praktik Kerja Industri yang selanjutnya di sebut Prakerin adalah suatu model penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara utuh dan terintegrasi kegiatan belajar siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian kejuruan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Metode tersebut dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mencapai relevansi antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja. Praktik Kerja Industri sejatinya adalah penerapan pembelajaran praktek secara langsung yang melibatkan Dunia Usaha Dunia Industri maupun Dunia Kerja.

Dalam pelaksanaan di satuan pendidikan, pelaksanaan Prakerin dilakukan di kelas XI atau XII sesuai dengan kondisi dari satuan pendidikan tersebut. Prakerin Teknik Pengelasan SMKN 1 Sayung dilaksanakan peserta didik dikelas 12 semester 1 dimana peserta didik diharapkan sudah menguasai berbagai macam pengelasan baik SMAW, OAW, GMAW maupun GTAW. Pada pelaksanaannya Dunia Usaha Dunia Industri dan Dunia Kerja (Dudika) yang digunakan sebagai tempat Prakerin mempunyai karakteristik pekerjaan yang berbeda beda sehingga hal ini membuat peserta Prakerin membutuhkan persiapan yang optimal agar hasil Prakerin bisa tercapai. Sebagai contoh bengkel yang melayani jasa pembuatan tralis, pagar ataupun kanopi lebih sering menggunakan pengelasan SMAW dengan berbagai macam kombinasi peralatan tangan. Lain halnya dengan industri yang bergerak dibidang konstruksi lebih menitik beratkan penggunaan pengelasan SMAW dengan karakteristik yang berbeda dengan SMAW yang digunakan di bengkel jasa pembuatan tralis, pagar dll. Sedangkan beberapa industri di sekitar SMKN 1 Sayung (Pabrik Mebel, Pabrik Sepeda dll) cenderung menggunakan pengelasan GTAW maupun GMAW.

Menyadari hal tersebut, dan mempertimbangkan dengan kemampuan peserta didik maka penulis selaku Guru Mata Pelajaran Produktif Teknik Pengelasan melakukan sebuah langkah stategis dalam mempersiapkan peserta didik untuk melaksanaan Prakerin yang dinamakan PDKT (Peduli, Dekati, Kenali dan Terapkan). Peduli yang dimaksud penulis adalah guru melakukan tindakan kepedulian terhadap perkembangan kemampuan peserta didik dalam memahami kompetensi kejuruan serta pemetaan soft skill yang dimiliki setiap peserta didik. Hal ini dikandung maksud, setiap peserta didik dari 4 kompetensi pengelasan di cari mana yang menonjol pada salah satu kompetensi.

Dekati artinya setelah guru mendapatkan pemetaan data kompetensi maka guru melakukan pendekatan kepada peserta didik yang dimaksud untuk mengarahkan kepada peserta didik agar pada saat Prakerin memilih Dudika yang sesuai dengan karateristik atau tingkat pemahaman kompetensi Teknik Pengelasan yang dimiliki peserta didik. Kenali artinya setelah melakukan identifikasi melalui pemetaan kompetensi dan karakteristik peserta didik serta Dudika langkah selanjutnya adalah mengenali Dudika dengan melakukan survey sekaligus mendapatkan data kompetensi yang dibutuhkan oleh Dudika yang dimaksud. Harapannya ada kesesuaian antara kompetensi yang diinginkan oleh Dudika dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.

Yang terakhir Terapkan artinya setelah 3 langkah tersebut dilakukan maka langkah terakhir adalah kita terapkan pembelajaran sebagai persiapan masuk ke Dudika dengan sistem pengelompokan sesuai jenis kompetensi yang dibutuhkan Dudika dengan pembelajaran berbasis proyek. Dengan begitu peserta didik dapat meningkatkan kompetensi Teknik Pengelasan dan cenderung tidak akan kaku atau cepat beradaptasi dengan ritme kerja ataupun tuntutan dari Dudika pada saat melaksanakan Prakerin. (*)

Artikel oleh bapak Saiful Arifin, S.Pd. ini telah terbit di surat kabar Jolgo Jateng edisi Kamis, 2 September 2021 Halaman 7

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *